Biaya tersembunyi seputar pernikahan

Saat dua hati terpaut dan memutuskan untuk hidup bersama, pernikahan menjadi pilihan menuju jenjang selanjutnya.
Tiap pasangan mempunyai konsep berbeda dalam mempersiapkan pernikahan, baik yang mengikuti adat tradisional atau yang memilih perayaan sederhana saja. Satu langkah yang perlu dilakukan oleh semua pasangan yang berencana menikah adalah menata anggaran khusus untuk hal tersebut. Tanpa hal ini, ada banyak hal yang bisa membuat pengeluaran sebelum pernikahan membengkak.  
LiveOlive mencoba mengungkap beberapa pengeluaran prewedding di luar resepsi pernikahan yang sering membengkak di luar perkiraan.
Rias pengantin Bandung



Ongkos lamaran
Simak pengalaman Dedet, 27, yang menikah sepuluh bulan lalu. Pria Nias ini mengaku menghabiskan biaya yang tidak sedikit untuk menggabungkan adat daerahnya dan adat Batak yang diwarisi pasangannya.
Sebelum resepsi, ia dan keluarga harus berkunjung ke Bandung untuk lamaran. “Untuk makanan saat lamaran habis Rp 5 juta. Saat lamaran juga ada syarat adatnya, yaitu memberikan daging yang dimasak. Itu saja sudah habis Rp 2,5 juta. Belum lagi untuk sewa bis untuk membawa keluarga ke Bandung,” jelas dia. Menurut Dedet, totalnya mencapai sekitar Rp 10 juta. Ia menjelaskan bahwa biaya akan melambung tinggi bila menggunakan daging sapi. Pasalnya, sapi harus dibeli secara utuh sehingga jauh lebih mahal dibanding daging lainnya.
Rias pengantin Bandung
Imam, 30, yang hendak menikah September tahun ini mengaku telah mempersiapkan biaya-biaya pernikahannya. Imam yang akan menggunakan adat Jawa harus melamar calon istri sebelum resepsi nanti. “Sebelum resepsi pihak keluarga saya harus melakukan hantaran dan mahar untuk pihak perempuan,” ujar Imam. Biaya hantaran dan mahar tersebut bisa mencapai Rp 10 juta, karena mencakup mas kawin dan jasa pembungkusan hantaran.

Ongkos adat
Beda suku beda juga adat yang harus dilakukan saat pernikahan. Meskipun adat Jawa cenderung lebih populer, namun banyak pasangan Jawa yang memilih pernikahan sederhana tanpa melalui proses panjang adat Jawa yang meliputi acara siraman untuk calon pengantin perempuan –biasanya disebut midodareni, pesta di rumah dan lain sebagainya. Prosesi midodareni bisa menghabiskan biaya dari Rp 6 juta hingga Rp 15 juta.

Imam mengaku adat Jawa yang akan ia gunakan hanya njagong, dimana akan ada pertemuan di wilayah tempat tinggal pihak perempuan. “Karena akadnya hari Jumat dan pestanya Sabtu, acara mengundang tetangga kami lakukan setelah akad,”ujar Imam, yang mengaku menghabiskan sekitar Rp 5 juta untuk tradisi pertemuan tersebut.
Lain halnya dengan Dedet yang mengeluarkan jauh lebih banyak dibandingkan Imam sebelum pernikahan. Pertama, ia dan pasangan menjalankan adat Nias dimana pihak lelaki harus meminta izin kepada paman-paman dari pihak ibu. “Untuk upacara meminta izin perlu daging juga. Mungkin bisa habis sekitar Rp 3 juta,” kata Dedet, yang mengaku mendapat bantuan biaya sebesar 40% dari orang tuanya.
Sementara itu, untuk adat Batak terdapat budaya “memberi receh” di dalam undangan pernikahan. Satu undangan, jelasnya, menyertakan jumlah “recehan” berbeda-beda dan bisa mencapai Rp 250.000 per undangan. “Ada juga (undangan) untuk pimpinan marga. Totalnya mungkin bisa mencapai Rp 5juta hingga Rp 6 juta,” jelasnya. Meski demikian, dalam adat Batak, sang suami tidak diharuskan membeli marga. “Kalau beli marga bisa (menghabiskan biaya) sampai Rp 12 juta,” kata dia.

Biaya foto pranikah (prewedding photography)
Rias pengantin Bandung
Hal yang tengah populer di pasangan muda saat ini dan menjadi seperti prosesi “wajib” ialah foto prewedding. Untuk hal ini, Dedet mengaku malas membuat foto prewedding karena merasa tidak terlalu membutuhkan, sementara Imam menyiapkan anggaran untuk membeli paket foto senilai satu juta rupiah. Ini termasuk murah, mengingat banyak paket foto prewedding yang mencapai belasan juta.
Tidak ada hal yang benar atau salah dalam hal ini, oleh karenanya tiap pasangan perlu melihat kegunaan foto itu di masa depan.
“Selain ngirit, kita juga tidak tahu mau diletakkan di mana nanti fotonya,” kata Dedet.  

Biaya busana seragam
Pada proses lamaran dan seserahan, biasanya iring-iringan pihak keluarga memakai baju yang sama alias seragan. Dedet mengaku telah menghabiskan Rp 2,5 juta untuk biaya seragam saudara serta orang tuanya. Sementara Imam menyiapkan anggaran sekitar Rp 150.000 untuk keluarga perempuan dan Rp 75.000 untuk pihak keluarganya.
“Kami membuat seragam sekitar 8 buah, jadi kisaran biayanya Rp 1,8 juta,” ungkap Imam.
Cara untuk menghemat
Meski pengeluaran di luar persepsi tidaklah sedikit, namun hal-hal tertentu bisa disiasati supaya kantong tidak jebol, atau bahkan membuat Anda dan pasangan terjebak utang. Cara singkatnya ialah dengan mengadakan upacara pernikahan sesederhana mungkin.

Imam, misalnya, memutuskan untuk tidak mengikuti prosesi adat Jawa secara penuh. “Selain supaya nggak ribet, kan bisa hemat biaya juga,” tukasnya.
Selain itu, berbagi beban biaya dengan pasangan dan keluarga juga bisa jadi salah satu solusi jitu. Dalam beberapa tradisi, misalnya Tionghoa, acara lamaran biasanya ditanggung oleh orang tua dari pihak perempuan. Bicarakan hal ini dengan pasangan jauh-jauh hari guna menghindari kesalahpahaman.
Terakhir, bergabung dengan komunitas pernikahan sesuai adat Anda dan pasangan bisa mempermudah pencarian referensi harga dan vendor untuk prosesi tertentu. “Kalau saya sih pilih yang medium (harga sedang) saja. Jadi, tetap dapat kualitas yang bagus tapi harganya tidak mencekik leher,” tukas Dedet.




Sumber artikel dari Liveolive.com 
Sumber Foto dari koleksi Pribadi Cahaya Rias Pengantin 

2 comments:

  1. Ada baiknya kita mulai berfikir..kiranya ritual perayaan pernikahan janganlah membebani pengantin.. Mengingat setelah memikah kan mrk akan memulai fase kehidupan baru yg notabene butuh dana btk utk kehidupan..

    ReplyDelete
  2. wah ternyata biayanya cukup besar ya hehe

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung, silakan memberikan komentar yang sopan dan jangan menaruh link hidup pada kolom komentarnya.